BERSINARLAH MATAHARIKU (Story)

My True Story ^_^

*October 18th, 2009 (Happy Birth Day and Get Well Soon, Dear)*

18th, harusnya hari ini menjadi hari bahagia untuknya... Tapi.....

Cahaya bintang seakan membenarkan rasa tak percayaku, "itu tidak mungkin..!!" sesak kini menjalar ke seluruh tubuhku, sungguh ku tak pernah bermimpi tentang ini, aku tak ingin ini..!! Tak terasa air mata telah memenuhi seluruh bagian sapu tanganku "Ya Allah..!! Ada apa dengan Matahariku".

Matahari adalah panggilan sayangku untuknya, banyak alasan mengapa aku memanggilnya begitu, tapi yang jelas dia lah satu-satu matahariku dan tak kan pernah ada matahari lainnya di duniaku. Aku pun tak suka jika ada orang lain memanggil nya begitu, hanya aku. Hanya aku yang boleh memanggilnya begitu !

Langkah kakiku bergetar, detak jantungku berdegup kencang, rasa takut menemaniku menelusuri tiap lorong tempat ini, tercium olehku bau yang sangat asing, sungguh aku tak suka tempat ini,, tak pernah terfikir sebelumnya, akan ku injakkan kakiku di tempat ini. Lorong demi lorong telah ku telusuri, ruangan demi ruangan telah ku masuki, tapi tak terlihat olehku tanda-tanda tentang dia, kemana dia?? Rasa sesakku kian menjadi, aku tak menemukannya, dimana dia?? Aku duduk, diam putus asa, ingin rasanya aku menangis, namun seberkas cahaya datang dan memberiku harapan, ya, akhirnya aku menemukannya. Ternyata dia pindah ruangan. Di depan ruangan tampak Ayah yang duduk lemas, aku langsung menghampiri dan salam pada Ayah (ayahnya matahari).

Hatiku harus berjuang keras, menyeret kakiku memasuki ruangan itu, darahku mengalir semakin deras, langkahku terhenti, sanggupkah aku? ya Allah, kuatkan aku. Perlahan ku masuki ruangan itu, dug,dug..!! Detak jantungku kian membara, terhenyak aku melihat sosok itu, lemah, terbaring tak berdaya, benarkah dia matahariku? Dia tersenyum melihatku, senyum itu? Aku kenal senyuman itu, senyuman yang paling indah menurutku.. benar.. dia Matahariku, ya Allah..

Hatiku menangis, sakit rasanya melihat dia seperti ini, ku tahan air mataku agar tidak terjatuh, aku tak ingin dia melihatku menangis, ingin rasanya ku peluk dia, ingin rasanya ku beri dia kesembuhan, tak sanggup aku melihat dia begini, aku menyayanginya. Jujur, ini pertama kalinya aku masuk ke rumah sakit, ini pertama kali nya juga aku melihat orang yang aku sayangi seperti ini.
Aku berbincang dengan orangtuanya, aku sudah mengenal keluarganya, mereka sangat baik padaku. Rasa khawatir dan cemas tepancar di wajah ayah dan ibu, apalagi ibu sedang mengandung, semakin tak tega aku melihat semua itu.

Waktu telah menunjukkan pukul 16.00, ayah menyuruhku pulang, ayah berjanji untuk memberi kabar jika terjadi sesuatu.
Berat rasanya untuk pulang, meninggalkannya, aku ingin tetap disini menemaninya, menjaganya, ku tatap wajahnya, lembut dan damai, dia tertidur pulas, ku kecup keningnya "Aku pulang ya, aku janji akan kesini setiap hari, aku menyayangimu Matahariku".

Setiap hari, setelah pulang sekolah aku menemuinya, tak peduli, aku merasa lelah atau apa, yang terpenting adalah dia, kesembuhannya. Sakit rasanya melihat dia tak berdaya "Matahariku... Ini aku, aku disini, aku menyayangimu", kata itu yang selalu terucap dalam hatiku setiap aku melihat wajahnya. Walau aku tak tau apa dia menyadari kehadiran ku atau tidak.

Siang itu, seperti biasa aku kembali menemui dia, lega rasanya melihat dia sudah bisa duduk dan berbicara, namun selang beberapa jam kemudian, aku dikejutkan dengan hal-hal yang tak pernah ku bayangkan, aku ingin menangis. Tapi ada 1 hal yang semakin membuatku takut, ya Allah, besok dia harus di operasi..!!
Hal yang tak pernah terbayang kan olehku terjadi pada orang yang aku sayangi.

Kesedihanku sudah tak terbendung lagi, air mataku ingin secepatnya tumpah, tapi aku tak bisa menangis disini. Akhirnya aku pamit pulang, sepanjang jalan aku menangis, tak peduli orang melihatku ataupun tidak, yang kurasa sekarang hanyalah ketakutan yang sungguh hebat menjalar jiwa dan raga.

*(Keesokan harinya)
Hari ini sungguh membuatku takut, sepulang sekolah, aku cepat menemuinya, aku ingin menemaninya dari awal sampai akhir operasi,, dunia menangis mengikuti jalannya operasi, udara begitu dingin, tubuhku bergemetar tapi tak ku hiraukan semua ini, saat ini hanya dia dalam fikiranku.
Beberapa jam telah berlalu, akhirnya... Alhamdulilah ya Allah.. operasinya berjalan lancar.
"Selamat ulang tahun ya sayang. Cepat sembuh. Bersinarlah matahariku"

* Sampai saat ini aku bahagia bersama matahariku, walau perjalanan kami masih panjang. Aku tak ingin hal itu terulang kembali, biarlah itu menjadi pengalaman dan kenangan, bagaimana aku sangat takut kehilangan dia.

_Melon Sayang Matahari_
March 30th, 2009 until Now

By. Pudji Anisya Rasyid :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Asahlah On Facebook